Orang Jahat jadi Baik
Ada seorang pemuda yg terkenal arogan dimasa itu. Sifat Aroganya itu membuat pemuda itu dikenal dan cukup membuat resah warga. Keributan kecil maupun besar selalu dimulai darinya. Dan bukan hanya itu, karena merasa dirinya dianggap jagoan maka tak jarang iapun sering menindas dan berbuat kasar terhadap warga sekitar. Sebenarnya warga tidak semuanya takut, namun warga tidak mau berusan dengannya dan kebanyakkan mencari aman saja dan hanya memilih menutup mata dengan prihal tindak tanduknya. Hingga suatu saat pemuda itu merasa diperlakukan bagaikan orang asing dengan warga setempat hingga ia mendatangi seorang guru yg terkenal arif dimasa itu. Dengan niat hanya ingin semua orang kampung menjadi sayang dan kasih kepada dirinya. “Bisakah kau lakukan dengan semua syarat-syarat dariku”, kata tuan guru. Mendengar adanya titik terang dari tuan guru pemuda itu pun bersemangat sambil berkata “Iya, saya sanggup melakukan semua syarat jika memang membuat semua penduduk kampung menjadi sayang dan kasih kepadaku”, jawab si pemuda. “Datanglah besok sambil membawa papan yg berbentuk kepala nisan kuburan dan bertuliskan namamu dan namu bapakmu”, syarat tuan guru. Pemuda tadi bingung dengan syarat tuan guru. Karena keinginan yg sangat besar hingga iapun menyanggupi walaupun meninggalkan pertanyaan yg belum terjawab. Singkat cerita datanglah pemuda itu dengan membawa papan nisan yg bertulisan namanya dan nama bapaknya. Lalu tuan guru mengambil 1 bungkusan yg sangatlah berat dan memberikan bungkusan itu kepada si pemuda. Pemuda tadi menerima bungkusan tersebut dan segera membukanya, dan ternyata bungkusan tersebut berisikan paku yg beratnya bisa diasumsikan 5kg. “Apa yg harus saya lakukan dengan paku ini wahai tuan guru?”, tanya si pemuda bingung. “Tancapkanlah 1 paku pada papan nisan itu setiap engkau habis berbuat jahat kepada orang kampung, baik itu disengaja ataupun tanpa sengaja kau lakukan, hingga tidak ada lagi tempat yg tersisa untuk menancapkan paku2 yg lainnya”, jelas tuan guru. Mendengar hal itu pemuda tadi bergumam dalam hati “itu mah gampang sekali, bukankah itu memang pekerjaanku selama ini”. Hingga tak terasa sudah 2 minggu lamanya dan pemuda itu kembali kepada tuan guru dengan membawa papan nisan yg sudah dipenuhi dengan paku2 yg tertancap diatasnya. “Wahai tuan guru, tidak perlu waktu lama saya sudah menyelesaikan persyaratanmu, semua paku telah habis”, kata pemuda dengan bangga menunjukkan kepada tuan guru. “Sekarang lakukan syarat yg kedua, yakni setelah kau berbuat baik, baik itu dg sengaja maupun tidak, maka cabutlah satu paku pada papan nisan tersebut. Pemuda tadi menjadi bingung, pertama ia harus berbuat jahat dan menancapkan satu paku sekarang ia harus berbuat baik lalu mencabut satu paku atas perbuatannya. Namun karena keinginannya yg kuat maka iapun melakukannya. Tidak terasa waktu terus berjalan dan sudah 1 bulan berjalan hingga si pemuda menjumpai tuan guru. “Wahai tuan guru, semua paku sudah tidak ada lagi yg tersisa pada papan nisan ini”, kata si pemuda sambil menunjukkan papan tersebut. “Ceritakanlah semuanya kepadaku”, pinta tuan guru. “butuh waktu sehari bagi saya melakukan kebaikan, yaitu saya menolong seorang nenek yg akan menyebrang jalan, dan hari kedua saya menunjukkan seorang pendatang baru dimana tempat tinggalnya Ketua RT, dan seterusnya saya lupa tuan guru”, kata si pemuda. “Adakah perubahan atau tanggapan pada orang2 kampung?”, tanya tuan guru. “Butuh waktu yg cukup lama, hingga mereka yg dulu tidak pernah menyapah saya, ataupun tersenyum kepada saya menjadi ramah dan baik kepada saya”, jelas pemuda. “Dan sekarang tidaklah sedikit penduduk kampung sudah mulai mau bertegur sapa dengan saya”, jelas si pemuda. “Apakah saya sudah berubah menjadi baik tuan guru ?”, tanya pemuda. “Iya mereka sudah mau menegur dan menyapa itu artinya mereka sudah menerima perubahan pada dirimu walaupun tidak semua orang kampung”, jelas tuan guru. “Benar tuan guru, namun sebagian penduduk kampung masih ada yg tidak mau menegur ataupun menyapah saya”, kata si pemuda. “Kini kau lihatlah pada papan nisan itu, apakah masih ada paku yg tertancap?”, tanya tuan guru. “Tidak ada tuan guru”, jelas pemuda. “Benar sekali, memang tidak ada lagi paku yg tersisa namun lihatlah bekas lubang pada nisan tersebut, masih ada dan masih jelas terlihat”, jelas tuan guru. “Tidak perlu waktu yg lama kau buat orang tersakiti, hanya 1 minggu, dan 1 bulan kau lakukan utk hal baik, namun tidak menjadikan papan nisan yg semula tidak ada celah bahkan berlubang kini menjadi berlubang dan terlihat jelas lubang disani sini bisa menjadi semula kala”. “Begitupun mereka yg telah kau sakiti dan tersakiti hati dan perasaannya karena ulahmu”, jelas tuan guru.
Sebenarnya dari Cerita di atas, bisa kita tarik kesimpulannya bahwa tidak perlu kita harus memakai sesuatu semisal jimat ataupun lainnya, jika harus dinilai baik, dicintai, bahkan di sayangi. Dan Tidaklah dg ucapan simsalabin, orang yg pernah kita lukai hatinya bisa memaafkan apa yg telah kita perbuat kepadanya. Bisa Jadi orang yg telah memaafkan kita, masih terasa kecewa dan bahkan sakit dg apa yg telah kita perbuat.. dg melihat pada permukaan papan nisan itu kita, bisa kita bayangkan bagaimana dalam dan banyaknya perbuatan kita, yg telah nenjadika rusak permukaan yg semula tidakla berlubang kini harus berlubang dan tidak elok dalam pangan.
Jaga LISAN,
Jaga PERBUATAN,
Jaga Jaga AHLAK dan
Juga Jaga ADAB dimanapun, kapanpun dan terhadap siapapun.
Diceritakan Kembali
By MRB